IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Penerapan teknologi Desalinasi Air Laut sebagai solusi mengatasi kekurangan air bersih di kota Balikpapan mendapat penolakan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan.

Ketua Komisi II DPRD Balikpapan Fauzi Adi Firmansyah menyampaikan bahwa biaya operasional yang dibutuhkan untuk menggunakan teknologi tersebut sangatlah tinggi.

Hal tersebut diketahui usai Komisi II DPRD Balikpapan melakukan kunjungan kerja ke Batam untuk mempelajari penerapan teknologi Desalinasi.

Adi sapaan akrab Fauzi Adi Firmansyah menerangkan, meski desalinasi dapat mengubah air laut menjadi air tawar yang aman untuk dikonsumsi, namun biaya operasionalnya sangat tinggi dan di Indonesia sendiri penggunaan teknologi ini belum terbukti efektif.

“Teknologi desalinasi memang menjanjikan, namun harga jual air yang dihasilkan bisa mencapai Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per liter.

Ini jelas tidak terjangkau bagi masyarakat. Beda halnya dengan negara Timur Tengah, mereka memiliki energi murah dan teknologi yang lebih maju,” ujar Adi, Rabu (5/2/2025).

Namun demikian, DPRD Balikpapan akan terus berupaya menyediakan air bersih bagi masyarakat di kota Beriman.

Adapun, sebagai langkah alternatif, DPRD Balikpapan berencana melakukan koordinasi dengan DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Gubernur terpilih untuk memanfaatkan sungai Mahakam sebagai sumber daya air. Dengan debit air yang melimpah dan perannya sebagai sumber utama bagi berbagai wilayah di Kaltim, pemanfaatan sungai ini dinilai lebih efisien dan ekonomis.

Penulis: Yandri Rinaldi