IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN-Pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono mengkritisi kebijakan pemerintah yang secara terus menerus menaikkan cukai rokok semenjak tahun 2019 sampai dengan saat ini.

Menurutnya, dampak kenaikan cukai rokok bisa memberi efek domino terhadap perekonomian masyarakat dan bahkan bisa berpengaruh terhadap peningkatan kemiskinan.

Dari tahun 2019-2023 rata-rata kenaikannya berkisar 50-80 persen dan berdampak terhadap 70,5 persen total penduduk laki-laki di Indonesia atau sekitar 97 juta jiwa, karena masyarakat perokok sudah menjadikan rokok sebagai kebutuhan pokok dan bahkan ada istilah “lebih baik tidak makan daripada tidak merokok” karena merokok salah satu yang tertinggi untuk penghilang stres, menurut mereka dan bahkan beberapa ahli,” kata Bambang Haryo Soekartono yang populer disapa BHS melalui siaran pers yang disampaikan, Sabtu (11/11/2023).

Bahkan, kata anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini, Indonesia pernah menjadi negara kunjungan wisata asing terbesar di dunia zaman kolonial Belanda.

Salah satu penyebab karena rokok Indonesia jadi buruan wisatawan asing.

Dikatakan BHS, seharusnya Kementerian Keuangan paham dengan dampak kenaikan cukai rokok yang mengakibatkan harga rokok jadi mahal.

“Jumlah pajak yang sudah dibebankan kepada perokok sudah sangat besar totalnya 73 persen dari harga rokok. Terdiri 60 persen cukai rokok, 10 persen PPn dan 3 persen pajak daerah,” ulasnya.

Lebih lanjut kata anggota Bidang Pengembangan Usaha dan Inovasi DPN HKTI, buruh pabrik rokok di Indonesia yang jumlahnya sekitar 5,9 juta dan petani tembakau yang berjumlah sekitar 600 ribu terancam kehilangan pekerjaan dan ekonomi sekitar kehidupannya ikut terpengaruh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *