
IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Lonjakan kasus HIV di Balikpapan membuat pemerintah kota (Pemkot) bergerak cepat memperketat upaya pencegahan.
Kota Balikpapan kini menjadi salah satu daerah dengan kasus tertinggi di Kalimantan Timur setelah Samarinda, sehingga masuk kategori zona merah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Alwiati, menegaskan bahwa HIV/AIDS bukan semata-mata isu kesehatan, melainkan juga masalah perilaku sosial yang berpotensi menjadi “bom waktu” jika tidak segera ditekan.
Ia menyebut, Pemerintah Kota terus berupaya mencegah penyebaran HIV melalui langkah pencegahan dan penanganan yang lebih intensif.
“Di hilir, kami menangani pasien yang sudah terindikasi HIV. Namun demikian, pencegahan di hulu juga perlu diperkuat melalui sosialisasi lintas sektor,” ujar Alwiati, Kamis (4/9/2025).
Ia menambahkan, Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, ratusan kasus baru ditemukan di Balikpapan sepanjang Januari hingga Juli 2025.
Merespons situasi itu, DKK Balikpapan menggandeng berbagai pihak, mulai dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB), Dinas Sosial, hingga relawan masyarakat.
Lebih lanjut, Alwiati menerangkan bahwa kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) serta pengguna narkoba suntik sebagai populasi paling rentan tertular.
Adapun, kata dia, kasus HIV menjadi tantangan dikarenakan tidak menampakkan gejala khas, sehingga hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium.
Karenanya, untuk memperkuat lini layanan, Pemkot melatih tenaga kesehatan, memperluas fasilitas pemeriksaan, serta menyalurkan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Pemeriksaan HIV juga diperluas kepada kelompok khusus, termasuk ibu hamil, untuk menekan potensi penularan ke pasangan maupun bayi.
Namun, pemerintah menyadari bahwa intervensi medis saja tidak cukup. Peran keluarga dan lingkungan masyarakat dianggap sebagai benteng yang tak kalah penting.
“Kesetiaan pada pasangannya, kehidupan beragama, dan juga pola hidup yang bersih sehat merupakan kunci utama.
Karena, tanpa kesadaran kolektif, fasilitas kesehatan sebesar apa pun tentunya tidak akan cukup,” ujar Alwiati.
Sebagai langkah nyata, DKK Balikpapan turut melibatkan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan Pusat Pembelajaran Keluarga dalam melakukan edukasi langsung di tingkat lingkungan. Masyarakat pun diimbau segera melaporkan apabila ada indikasi warga dengan gejala terkait HIV/AIDS.
Diharapkan, dengan sinergi bersama pemerintah dan masyarakat, laju penularan kasus HIV dapat ditekan di masa mendatang. (*)