IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN-Kereta api reguler berbasis rel dinilai mampu menghidupkan perekonomian karena mengangkut penumpang dan logistik barang dengan jumlah besar atau massal akan menghemat biaya. Tidak terkecuali di Sumatera.
Seperti yang disampaikan pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono (BHS) dalam siaran pers yang disampaikan, Minggu (13/8/2023) usai meninjau operasional kereta api Stasiun Kertapati, Kota Palembang, Sabtu malam (5/8/2023).
Dia menjelaskan, dari total panjang Trans Sumatera 3.500 Kilometer (Km), separuhnya sudah terhubungkan rel kereta api yang dibangun zaman Hindia Belanda. Hanya 1.300 Km yang belum terhubung.
Untuk membangunnya, dibutuhkan biaya sekitar Rp40 triliun atau tiga kali lipat pembangunan LRT di Palembang.
“Sementara pendapatan LRT Palembang saat ini hanya Rp15 miliar per tahun.
Harusnya prioritas utama pembangunan di Sumatera rel kereta api, bukan kereta cepat atau LRT,” jelasnya.
Alumni ITS Surabaya memberikan gambaran, angkutan kereta api jalur Palembang-Lampung dengan jarak sekitar 230 Km, sudah mengoperasikan tiga rangkaian kereta penumpang.
Setiap rangkaian terdiri dari 10 gerbong penumpang. Masing-masing kapasitas 60 tempat duduk.
Jika load factor atau tingkat keterisian rata-rata 70 persen maka setiap tahun, angkutan kereta api jalur Palembang-Lampung mampu meraup Rp50 miliar.
Pun begitu dengan kereta barang, pendapatan per tahunnya diklaimnya jauh lebih besar dibanding LRT.
Itu karena lintasan kereta api jalur Palembang-Lampung mengoperasikan 60 rangkaian kereta barang per hari.