IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Kawasan wisata Bukit Kebo di Kota Balikpapan terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Destinasi yang awalnya sederhana kini telah bertransformasi menjadi tempat wisata yang menawarkan berbagai fasilitas dan pengalaman baru bagi pengunjung.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kota Balikpapan, CI Ratih Kusuma. Sebagai pembina, Disparpora menyaksikan langsung perkembangan wisata di kawasan tersebut.

“Kami selaku pembina, di Bukit Kebo itu kan konsepnya dia berkembang, yang awalnya sederhana, sekarang sudah ada gazebonya, kita bisa tidur di sana, sudah bisa glamping, juga sudah ada villa di sana,” kata Ratih, Kamis (16/10/2025).

Ia menyebut, pengelola Taman Wisata Bukit Kebo memiliki sejumlah rencana pengembangan ke depan, seperti membangun skybridge sebagai jembatan penghubung yang memudahkan akses tanpa harus berjalan jauh.

Ratih menambahkan, Destinasi ini juga semakin populer untuk aktivitas seperti sesi foto prewedding dan photoshoot.

“Sekarang orang prewedding udah di sana, kemudian photoshoot juga bisa. Iya kan? Jadi udah menjadi daya tarik gitu,” tambahnya.

Meski demikian, Ratih pun menyoroti kehadiran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kawasan tersebut yang masih terbatas. Rencana pengembangan juga mengarah pada sport tourism atau wisata olahraga, serupa dengan yang ada di Desa Wisata Meranti.

“UMKM ada, tapi masih terbatas. ke depan nanti mungkin ada sport tourism-nya, ada olahraganya. Perlahan-lahan dilihat dulu gimana sih animo masyarakat. Jadi, untuk saat ini lebih ke glamping, mereka senang camping karena kan ruangnya terbuka,” jelas Ratih.

Lebih lanjut Ratih menerangkan bahwa untuk terkait usulan penyelenggaraan event disana, Disparpora Balikpapan lebih mendorong aktivitas yang selaras dengan alam dan tidak mengganggu habitat asli, termasuk kawanan hewan seperti kerbau yang menjadi penghuni kawasan tersebut.

Menurutnya, Kekhawatiran akan keselamatan satwa dan kerusakan lingkungan lebih penting dan menjadi pertimbangan utama.

“Kalau event mungkin lebih kepada yang sifatnya alam ya, seperti glamping. Kalau kita konser, takutnya binatang kerbau ini kagetan dia. Takutnya merusak tempat itu juga ya. Jadi, kita lihat juga habitat itu seperti apa.” Pungkasnya. (*)

Penulis: TJakra