
IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – UPTD Puskesmas Margasari terus memperkuat program pencegahan stunting dengan berbagai intervensi yang menyasar ibu hamil, balita, dan remaja putri.
Wilayah Margasari saat ini berada pada peringkat kedua tertinggi kasus stunting, sehingga penguatan program gizi menjadi fokus pelayanan kesehatan di wilayah tersebut.
Koordinator Program Stunting Puskesmas Margasari, Syarifah Chairany, SKM, mengungkapkan bahwa tantangan terbesar dalam penanganan stunting adalah mobilitas penduduk yang tinggi.
Banyak keluarga yang pindah tanpa melapor kepada RT maupun fasilitas kesehatan, sehingga pemantauan status gizi balita menjadi tidak berkesinambungan.
Ia menyebut, balita yang awalnya menunjukkan perbaikan gizi dapat hilang dari pemantauan ketika keluarga berpindah tempat tinggal.
“Pemantauan tumbuh kembang membutuhkan kesinambungan. Ketika warga pindah tanpa informasi, data kami berubah serta capaian intervensi ikut terpengaruh,” ujar perempuan yang akrab disapa Rani itu, Selasa (18/11/2025).
Ia menyampaikan, masih terdapat orang tua yang belum konsisten datang ke posyandu setiap bulan untuk menimbang anak. Hal tersebut menghambat deteksi dini masalah gizi.
Kondisi itu juga dialami pada ibu muda yang hamil di usia 17-18 tahun. Menurutnya, kesiapan mengasuh berpengaruh terhadap pemahaman gizi dan kesehatan anak.
Ia menekankan bahwa isu tersebut bukan terkait tingkat pendidikan, melainkan kesadaran akan pentingnya pemantauan kesehatan anak.
Sebagai upaya pencegahan, Puskesmas Margasari menjalankan berbagai strategi berbasis 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Intervensi meliputi pemeriksaan kehamilan minimal enam kali, pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri, penyuluhan kesehatan reproduksi, serta promosi ASI eksklusif selama enam bulan.
Disamping itu, Puskesmas juga memberikan edukasi MPASI bergizi seimbang untuk anak usia di atas enam bulan. Untuk meningkatkan kunjungan ke posyandu, puskesmas menyediakan alat permainan edukatif (APE) serta menerapkan inovasi celengan posyandu atau jimpitan yang dikelola kader.
Lewat program tersebut, warga yang rutin hadir berkesempatan mendapatkan paket sembako hasil tabungan kolektif. Program ini baru dimulai sejak Oktober namun dinilai cukup efektif menarik partisipasi masyarakat.
Selain pencegahan, puskesmas juga menangani kasus stunting dan gizi buruk yang sudah teridentifikasi. Balita dengan kondisi tersebut dirujuk ke fasilitas layanan gizi tingkat lanjutan dan dipantau secara intensif.
Kemudian, pendampingam dilakukan hingga kondisi anak membaik berdasarkan evaluasi pertumbuhan.
Rani menegaskan bahwa pencegahan stunting tidak bisa hanya mengandalkan intervensi gizi, tetapi juga lingkungan.
Oleh karena itu, Puskesmas Margasari turut melakukan pemeriksaan sanitasi rumah tangga, kualitas air, serta kebersihan lingkungan tempat balita tinggal.
“Intervensi gizi harus berjalan bersamaan dengan perbaikan sanitasi agar hasilnya maksimal,” jelasnya.
Ia pun berharap kolaborasi dengan kader, RT, dan keluarga terus menguat sehingga pemantauan gizi dapat berjalan lebih efektif.
Dengan peningkatan kesadaran warga serta intervensi berkelanjutan, puskesmas menargetkan angka stunting di Margasari dapat turun secara bertahap. (*)
Untuk informasi lebih lanjut terkait kegiatan maupun update Puskesmas Margasari, masyarakat dapat mengunjungi dan mengikuti akun Instagram resmi di @promkes_pkmmargasari