IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Puskesmas Baru Tengah memetakan sejumlah tantangan besar sepanjang tahun 2025, terutama di wilayah permukiman padat dan masyarakat dengan mobilitas tinggi.

Kepala UPTD Puskesmas Baru Tengah, drg. Rulida Osma Marisya, menyebut peningkatan kasus penyakit menular dan rendahnya perilaku hidup bersih sebagai masalah utama yang harus dihadapi. Menurutnya, peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu fokus serius.

“Peningkatan DBD cukup signifikan. Kami mendapati PSN warga belum optimal, masih banyak jentik ditemukan di rumah,” ujar drg. Rulida, Minggu (23/11/2025).

Pemeriksaan jentik menunjukkan bahwa kegiatan 3M Plus belum konsisten dilakukan warga.
Selain DBD, penyakit menular lain seperti ISPA dan diare juga meningkat.

Adapun faktor penyebabnya beragam, mulai dari sanitasi tidak merata, kebiasaan cuci tangan yang masih rendah, hingga penggunaan air bersih yang belum terkontrol di beberapa titik.

drg. Rulida menjelaskan bahwa peningkatan mobilitas warga membuat penyebaran penyakit lebih cepat terjadi. Di bidang KIA, beberapa ibu hamil belum menjalani ANC lengkap, sementara terdapat balita dengan risiko gizi yang perlu pemantauan intensif.

“Masih ada ibu hamil yang tidak menyelesaikan ANC sesuai standar. Ini berpotensi meningkatkan risiko komplikasi,” ucapnya.

Tantangan lain datang dari imunisasi anak. Sebagian anak belum lengkap imunisasi karena keterbatasan akses atau keraguan keluarga terhadap vaksin.

Situasi itu, sebutnya, dapat memicu risiko penyakit yang sebelumnya dapat dicegah. Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes turut meningkat.

Namun, kepatuhan kontrol pasien masih rendah. Banyak pasien hanya datang saat gejala memburuk.

“PTM naik, tetapi kepatuhan kontrol masih menjadi tantangan. Edukasi perlu terus ditingkatkan,” jelasnya.

Lebih lanjut, drg. Rulida juga menyoroti hambatan pada implementasi digital kesehatan. Sistem pelaporan dan aplikasi layanan belum familiar bagi sebagian warga.

“Digital health belum maksimal karena belum semua masyarakat memahami cara penggunaannya,” tuturnya.

Selain tantangan medis, kondisi wilayah yang padat membuat surveilans epidemiologi membutuhkan upaya lebih besar. Kemudian, petugas pun sering menghadapi kesulitan menemukan alamat warga, sementara laporan kasus kadang datang terlambat.

Ia menilai, pada 2025 menjadi tahun evaluasi besar, terutama dalam mengembangkan strategi pengendalian berbasis komunitas. Baginya, perbaikan sanitasi, edukasi PSN, dan penguatan deteksi dini harus dilakukan secara berkelanjutan. (*)

Penulis: Yandri Rinaldi