
IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Upaya peningkatan kesehatan anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Baru Tengah tidak dilakukan secara mendadak.
Sebelum program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah direalisasikan, puskesmas telah terlebih dahulu melakukan pemetaan menyeluruh terhadap masalah kesehatan yang paling sering dialami siswa.
Disebutkan bahwa pemetaan itu menjadi dasar kuat untuk menetapkan CKG sebagai salah satu program prioritas tahun ini.
Kepala Puskesmas Baru Tengah, Rulida Osma Marisya, mengungkapkan bahwa sebelum CKG dilaksanakan, pihaknya telah mengumpulkan berbagai laporan dari guru, hasil pemeriksaan rutin, serta pengalaman tenaga kesehatan di lapangan.
Dari pemetaan tersebut terlihat bahwa anak-anak di tingkat sekolah dasar dan menengah masih menghadapi masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus.
“Temuan awal kami menunjukkan pola yang cukup konsisten di lapangan. Karies atau gigi berlubang menjadi masalah tertinggi, disusul anemia pada remaja putri, masalah gizi, dan gangguan penglihatan ringan,” ungkap Rulida, Kamis (20/11/2025).
Karies gigi muncul sebagai masalah paling mendesak, terutama pada siswa sekolah dasar. Kondisi ini bukan hanya persoalan kebersihan mulut, namun juga pola konsumsi makanan manis yang masih cukup tinggi pada anak usia sekolah.
Sementara itu, di tingkat remaja, anemia menjadi perhatian khusus. Remaja putri kerap mengalami kurang darah akibat asupan gizi yang tidak seimbang atau kebiasaan makan yang tidak teratur.
Gangguan penglihatan ringan juga sering ditemukan, namun banyak yang tidak menyadari sehingga mengganggu konsentrasi belajar.
Rulida menjelaskan bahwa Puskesmas Baru Tengah memilih menjadikan CKG sebagai program prioritas lantaran temuan-temuan tersebut berdampak langsung pada kualitas pembelajaran dan perkembangan jangka panjang anak. Intervensi dini dinilai penting agar masalah kesehatan tidak terlanjur menjadi lebih berat.
“Deteksi dini adalah pintu masuk. Jika kita tahu lebih cepat, kita bisa bertindak lebih cepat pula dari edukasi sampai rujukan,” tekannya.
Selain itu, pemetaan masalah kesehatan siswa juga menunjukkan pentingnya data yang akurat untuk merancang intervensi kesehatan sekolah yang lebih efektif.
Dengan mengetahui prevalensi masalah seperti karies, anemia, atau malnutrisi, puskesmas dapat merancang program edukasi, intervensi gizi, maupun rujukan lanjutan sesuai kebutuhan masing-masing sekolah.
Pendekatan berbasis data itu, ucap Rulida, menjadi keunggulan Puskesmas Baru Tengah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan anak.
Ia pun mengungkapkan bahwa program CKG tidak hanya bertujuan memeriksa, tetapi juga memberikan gambaran menyeluruh mengenai kondisi kesehatan anak di wilayah kerja.
Dengan memahami pola masalah kesehatan yang ada, Puskesmas dapat membuat strategi dan target intervensi yang lebih terarah.
“Program ini membuka jalan bagi perencanaan kesehatan sekolah yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Lewat pemetaan awal yang kuat dan terukur, Puskesmas Baru Tengah berharap program CKG tahun ini tidak hanya menghasilkan data, tetapi juga menjadi langkah awal meningkatkan derajat kesehatan anak secara nyata. (*)