IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Kelurahan Kariangau mengembangkan program Sinergi Gizi Anak untuk memperkuat upaya penanganan stunting dan pemenuhan gizi balita.

Program tersebut merupakan hasil kolaborasi antara kelurahan, Puskesmas, kader posyandu, RT, serta pihak swasta, salah satunya PLN, yang memiliki wilayah operasional di kawasan industri Kariangau.

Lurah Kariangau, Singgih Aji Wibowo, mengatakan bahwa keterlibatan PLN tidak hanya berupa bantuan makanan tambahan, tetapi juga dukungan dalam pelaksanaan edukasi gizi kepada orang tua balita.

Ia menyebut, data anak yang membutuhkan pendampingan diperoleh dari hasil pemutakhiran data berkala di Puskesmas.

“PLN berkolaborasi langsung dengan Puskesmas, terutama dalam pelaksanaan intervensi gizi dan pendampingan keluarga. Data anak yang menjadi sasaran program diberikan oleh Puskesmas agar pendampingan tepat sasaran,” jelas Singgih saat ditemui media, Rabu (12/11/2025)

Dalam pelaksanaannya, Puskesmas melakukan asesmen gizi dan status pertumbuhan anak, kemudian merancang pola intervensi yang dapat berupa pemberian makanan tambahan, penguatan pola makan sehari-hari, serta pemantauan berat dan tinggi badan secara rutin melalui posyandu.

Kemudian, PLN pun membantu menyediakan bahan pangan segar seperti sayuran dan sumber protein sesuai kebutuhan program.

Kelurahan Kariangau berperan dalam mengoordinasikan pergerakan kader dan RT untuk memastikan keluarga sasaran mengikuti jadwal posyandu dan mendengarkan materi edukasi gizi yang disampaikan petugas kesehatan.

Singgih mengungkapkan bahwa pendekatan berbasis komunitas ini dianggap efektif karena dilakukan melalui jalur kedekatan sosial.

“Dampaknya bukan hanya pada pemenuhan gizi, tetapi juga membangun kebiasaan keluarga untuk lebih aktif memantau pertumbuhan anak,” ucap Singgih.

Program itu dijalankan melalui monitoring berkelanjutan. Puskesmas mencatat grafik pertumbuhan anak dari bulan ke bulan, sementara kader posyandu melakukan pemantauan langsung ke rumah jika anak tidak hadir dalam kegiatan posyandu.

Dalam beberapa kasus, lanjut Singgih, kunjungan rumah juga menjadi sarana dialog untuk memahami hambatan yang dihadapi keluarga.

Ia menjelaskan, keberhasilan program sinergi gizi tidak hanya diukur dari kenaikan berat atau tinggi badan, namun juga dari peningkatan kesadaran keluarga mengenai kebutuhan gizi. Di saat keluarga mulai menyadari bahwa gizi bukan hanya soal bantuan, tetapi pola konsumsi sehari-hari, hasil program cenderung lebih bertahan lama.

“Program ini tidak hanya memberi bantuan, tetapi juga memperkuat pemahaman warga mengenai pentingnya gizi seimbang. Itu yang ingin kita bangun,” tuturnya.

Tak hanya itu, Kelurahan Kariangau membuka peluang untuk memperluas kemitraan serupa dengan perusahaan lain di kawasan industri.

Singgih menilai, kolaborasi lintas sektor dipandang sebagai langkah strategis karena kebutuhan penanganan gizi bersifat berkelanjutan dan tidak dapat ditangani oleh satu pihak saja. (*)

Penulis: Yandri Rinaldi