
IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Proses penanganan stunting di Kelurahan Kariangau dilakukan dengan sistem pengumpulan dan pemutakhiran data secara berkala.
Setiap tiga bulan, Puskesmas setempat menggelar rapat evaluasi yang memaparkan perkembangan status gizi balita serta capaian intervensi kesehatan yang telah berjalan. Data tersebut menjadi dasar langkah kelurahan dalam menentukan strategi penanganan di tingkat lingkungan.
Lurah Kariangau, Singgih Aji Wibowo, menjelaskan bahwa pemutakhiran data triwulan dilakukan agar upaya pencegahan dan penanganan stunting dapat dilakukan secara tepat sasaran.
Ia menyebut, data perkembangan balita, capaian imunisasi, hingga jumlah keluarga yang perlu pendampingan menjadi bahan utama dalam menentukan kebijakan lapangan.
“Setiap tiga bulan Puskesmas melakukan rapat evaluasi. Di situ dijelaskan pencapaian target-target kesehatan termasuk penanganan stunting. Dari data itulah kami bergerak,” kata Singgih saat ditemui media di kantornya, Senin (10/11/2025).
Ia mengungkapkan bahwa Kelurahan tidak memiliki angka mandiri karena data resmi berada di Puskesmas.
Hal tersebut untuk menjaga akurasi, konsistensi pengukuran, dan keseragaman standar penilaian kondisi gizi anak.
Dengan demikian, ia menekankan setiap langkah tindak lanjut yang diambil kelurahan selalu mengacu pada hasil pemantauan medis.
Selain memantau kasus balita yang telah teridentifikasi, Puskesmas juga melakukan pemetaan untuk mendeteksi balita yang berpotensi mengalami masalah gizi. Kategori rawan ini biasanya menjadi prioritas pendampingan melalui kegiatan posyandu dan kolaborasi antar-sektor.
Singgih menyebut bahwa data triwulan menjadi kunci dalam menentukan wilayah mana yang perlu penanganan lebih intensif.
Misalnya, bila terdapat RT dengan tingkat kehadiran posyandu yang rendah atau terdapat balita yang perkembangan berat dan tinggi badannya stagnan, maka kelurahan bersama kader dan perangkat wilayah langsung menindaklanjuti.
“Jadi, tidak menunggu. Kalau dalam data terlihat ada penurunan partisipasi atau ada anak yang grafiknya tidak bergerak, kami langsung turun ke lapangan,” ungkapnya
Proses tindak lanjut ini, sebut Singgih, biasanya dilakukan melalui kunjungan ke rumah keluarga untuk mengetahui hambatan yang dialami.
Adapun faktor penyebab dapat beragam, mulai dari kesibukan orang tua, kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pemantauan tumbuh kembang, hingga keterbatasan akses informasi.
Kelurahan juga memanfaatkan hasil pemutakhiran data untuk menyusun kebutuhan intervensi yang dapat didukung oleh mitra, termasuk pihak swasta, lembaga sosial, dan kader kesehatan.
Dengan adanya data yang terukur dan diperbarui secara rutin, ia meyakini bahwa program intervensi dapat lebih terarah dan tidak berhenti pada kegiatan seremonial.
Singgih berharap sistem pengumpulan data terjadwal ini dapat mendorong masyarakat lebih menyadari pentingnya kehadiran di posyandu.
Disamping itu, ia menegaskan, pemantauan pertumbuhan bukan sekadar formalitas, melainkan bagian penting dalam menjaga kesehatan anak sejak dini. (*)