IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Puskesmas Baru Tengah menilai sejumlah perilaku kesehatan masyarakat masih menjadi faktor utama tingginya kasus penyakit pada 2025.

Ketua UPTD Puskesmas Baru Tengah, drg. Rulida Osma Marisya, mengatakan bahwa banyak permasalahan kesehatan muncul dari kebiasaan harian warga yang belum sesuai standar perilaku hidup bersih dan sehat.

“Pengelolaan sampah belum konsisten dan kebiasaan cuci tangan masih rendah,” kata drg. Rulida.

Kondisi itu, ujarnya, membuat penyakit berbasis lingkungan lebih mudah menyebar. Di beberapa RT, sampah rumah tangga tidak dibuang sesuai jadwal, sementara fasilitas cuci tangan tidak selalu digunakan dengan baik. Pada sektor pencegahan DBD, temuan jentik masih tinggi.

“Masyarakat belum rutin melakukan 3M Plus. Itu yang membuat jentik tetap ditemukan saat pemeriksaan jumantik,” ucapnya saat diwawancara langsung, Minggu (23/11/2025).

Ia menyebut, banyak warga masih menyimpan wadah air yang tidak dikuras, sementara perabot bekas yang dapat menampung air hujan tidak dibersihkan secara teratur.

Di bidang gizi, pola makan keluarga juga menjadi perhatian. drg. Rulida mengungkapkan bahwa konsumsi gula berlebihan dan pemberian MPASI yang belum tepat menyebabkan beberapa balita menunjukkan masalah gizi.

“Konsumsi gula pada anak cukup tinggi, dan MPASI tidak sesuai kebutuhan usia,” jelasnya.

Ia pun merespons kondisi itu melalui edukasi intensif mengenai MPASI praktis, pola makan keluarga, dan pembatasan gula. Edukasi diberikan melalui posyandu, UKS, serta kelompok ibu.

Masalah lain terlihat di bidang KIA dan imunisasi. Masih ada ibu hamil yang belum menyelesaikan ANC sesuai standar, sementara beberapa balita belum mendapatkan imunisasi lengkap.

“Masih ada anak yang belum lengkap imunisasinya, sehingga sweeping tetap kami lakukan,” sebut drg. Rulida.

Pada aspek kesehatan mental, stigma masih menjadi hambatan besar. Ia menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat mencari pertolongan masih rendah karena stigma.

“Banyak keluarga memilih menahan anggota keluarga dengan gejala stres, kecemasan, atau depresi daripada membawa ke layanan kesehatan,” tuturnya.

Sebagai upaya untuk mengatasinya, puskesmas mengintegrasikan skrining kesehatan mental di posyandu, sekolah, dan posbindu. Konseling dasar disiapkan untuk warga yang membutuhkan sebelum dirujuk ke fasilitas spesifik. Edukasi keluarga juga dilakukan untuk mengurangi stigma.

Puskesmas Baru Tengah menegaskan bahwa perubahan perilaku masyarakat membutuhkan proses panjang. Oleh karena itu, edukasi berulang dan penguatan kader menjadi fokus utama.

“Perilaku sehat tidak cukup hanya disosialisasikan, tapi harus dipraktikkan di rumah,” tutup drg. Rulida. (*)

Penulis: Yandri Rinaldi