IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Balikpapan menghimbau kepada seluruh pasangan calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Balikpapan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 dalam kampanye yang tengah berlangsung agar fokus pada visi, misi dan program yang akan dijalankan nantinya, serta menghindari Black Campaign atau kampanye hitam dan tidak menggunakan isu-isu negatif.

Hal ini disampaikan Ketua KPU Balikpapan Prakoso Yudho Lelono saat ditemui disela-sela kegiatannya di kantor KPU Balikpapan, Senin (7/10/2024).

Dia mengatakan, hingga saat ini Pelaksanaan kampanye di Kota Balikpapan berjalan dengan kondusif, baik kampanye yang dilakukan secara terbatas maupun melalui media sosial (medsos).

Adapun, masa kampanye Paslon dimulai dari tanggal 25 September 2024 sampai 23 November 2024.

“Kalau masalah kampanye terkait media sosial itu ‘kan bebas saja, yang jelas mengedepankan visi misi dan program agar tidak di luar itu, apalagi terkait dengan isu-isu negatif, kampanye hitam ataupun hoax,” kata Yudho.

Karenanya, dia berharap dalam masa kampanye yang sedang berjalan, Paslon dan tim kampanye dapat mengedepankan tawaran ide-ide dan gagasan yang erat kaitannya dengan visi dan misi serta program-program yang ditawarkan untuk masyarakat.

“Saya berharap memang yang di upload itu adalah kaitannya dengan gagasan-gagasan atau ide-ide untuk membangun Balikpapan maju dan berkembang kedepan,” ujarnya.

Menurutnya, jika unggahan yang ditampilkan dalam medsos bersifat negatif maka akan menjadi penilaian tersendiri bagi masyarakat Balikpapan, apalagi dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 520.986 pemilih, diantaranya terdapat 25 persen Gen Z dan 35 persen millenial, sementara itu sisanya merupakan generasi diatasnya.

Prakoso Yudho Lelono

“Nah, karakteristiknya kalau milenial itu akan selalu melihat konten, apakah kontennya ini positif atau tidak, Ini kan dalam rangka memperebutkan pengaruh ya, salah memberikan isu di medsos bisa berdampak simpati mereka kepada Paslon,” terang Yudho.

Dia menambahkan, berbeda halnya dengan gen z, bukan hanya konten saja tetapi bertambah, bagaimana style atau gaya untuk mendapatkan suara dari gen z, sehingga diharapkan Paslon dan tim kampanyenya dapat melihat peluang dalam membaca karakteristik pemilih dalam hal ini, mengingat 60 persen pemilih terdiri dari gen z dan milenial.

“Karena kalau salah memberikan atau melempar isu bisa menjadi blunder, yang awalnya simpati langsung hilang simpati,

Jadi itu harapan saya kepada paslon dan tim kampanye, agar dalam hal ini beradu gagasan dan ide karena itu yang diminati oleh 60 persen dari daftar pemilih, yang terdiri dari milenial dan gen z.” Imbuhnya. (*)

Penulis: Yandri Rinaldi