
IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Upaya penanganan stunting di Kelurahan Kariangau berjalan melalui kolaborasi erat antara kelurahan, Puskesmas, kader posyandu, dan perangkat wilayah.
Kolaborasi itu memungkinkan pemantauan kesehatan balita dilakukan secara menyeluruh dan berjenjang, mulai dari pengumpulan data, pendampingan keluarga, hingga evaluasi triwulan yang dilakukan secara rutin.
Lurah Kariangau, Singgih Aji Wibowo, mengatakan bahwa Puskesmas memegang peran sentral dalam pemutakhiran data kesehatan balita.
Setiap tiga bulan, Puskesmas menyampaikan capaian dan catatan perkembangan kesehatan dalam rapat evaluasi. Hasilnya menjadi dasar kelurahan untuk menentukan strategi pendampingan dan tindak lanjut di tingkat RT.
“Puskesmas yang memahami data kesehatannya. Setiap tiga bulan mereka update capaian dan data pertumbuhan. Dari situ kami menyesuaikan langkah di lapangan,” jelasnya kepada wartawan IKNBISNIS.COM, Selasa (11/11/2025).
Singgih menyebut, pihaknya berperan dalam sosialisasi dan mobilisasi masyarakat, terutama mengajak keluarga untuk membawa balita ke posyandu.
Kader posyandu yang berada di lingkungan menjadi penghubung langsung dalam mengedukasi warga mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan dan imunisasi secara berkala.
Selain kader, kelurahan juga melibatkan Babinsa dan Bhabinkamtibmas dalam pendekatan jemput bola, terutama pada wilayah dengan kehadiran posyandu rendah.
Ia menyakini, pendekatan itu sangat efektif untuk membuka dialog langsung dengan keluarga mengenai kendala yang mereka hadapi.
“Kami bersama kader dan aparat wilayah mendatangi langsung warga. Pendekatan ini membantu mengidentifikasi masalah di rumah, bukan hanya di posyandu,” ungkap Singgih.
Ia menuruytkan, apabila ditemukan balita yang berisiko stunting, Puskesmas memberikan penilaian medis dan menentukan jenis intervensi gizi yang dibutuhkan.
Kemudian, pihak kelurahan membantu menghubungkan balita tersebut dengan program pendampingan, termasuk melalui dukungan pihak swasta yang menjadi orang tua asuh.
Model kerja berjenjang ini memastikan setiap intervensi memiliki dasar data kesehatan yang terukur dan dapat diikuti perkembangan hasilnya. Dengan demikian, kebijakan penanganan tidak bersifat merata, tetapi tepat sasaran sesuai kebutuhan masing-masing keluarga.
Singgih mengungkapkan, salah satu tujuan utama kolaborasi itu yakni membangun kesadaran kesehatan jangka panjang di masyarakat.
Adapun pemahaman mengenai pentingnya posyandu dan pemantauan tumbuh kembang perlu ditanamkan sebagai kebiasaan, bukan hanya karena adanya program kampanye tertentu.
“Imunisasi dan posyandu itu bukan momentum, tapi kebutuhan. Harapannya masyarakat makin paham bahwa pertumbuhan anak harus dipantau terus,” tukasnya.
Disamping itu, kelurahan terus memperkuat peran kader posyandu dengan peningkatan kapasitas dan dukungan kegiatan berbasis wilayah. Kemudian, koordinasi pemutakhiran data di tingkat RT juga akan diperkuat agar informasi penerima intervensi dapat tersampaikan secara lebih cepat.