
IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Kelurahan Kariangau tengah menyiapkan rencana perluasan kemitraan dengan sektor swasta dalam program peningkatan kesehatan masyarakat pada tahun 2026.
Rencana itu merupakan kelanjutan dari pelaksanaan program Sinergi Gizi Anak yang dinilai efektif dalam meningkatkan partisipasi warga terhadap layanan posyandu serta pemantauan tumbuh kembang balita di wilayah tersebut.
Lurah Kariangau, Singgih Aji Wibowo, menyampaikan bahwa sejak beberapa tahun terakhir, kelurahan telah membangun pola kolaborasi dengan sejumlah perusahaan yang beroperasi di kawasan industri Karyangau.
Ia menyebut, kolaborasi itu bukan hanya berupa penyaluran bantuan, namun juga pendampingan dan keterlibatan berkelanjutan dalam program-program kesehatan berbasis komunitas.
“Setiap tahun kami meluncurkan program kolaborasi dengan sektor swasta. Dari hasil evaluasi tahun ini, kami melihat efektivitasnya cukup baik, sehingga pada 2026 rencananya akan diperluas,” kata Singgih, Rabu (12/11/2025).
Beberapa perusahaan yang sebelumnya terlibat dalam pendampingan balita rawan stunting antara lain PLN, Pertamina, PT Apical, Interport, dan perusahaan-perusahaan lain di kawasan pelabuhan dan industri.
Adapun, pelibatan sektor swasta ini dilakukan melalui pendekatan wilayah dan data kesehatan yang diverifikasi oleh Puskesmas.
Singgih menegaskan mengenai pola kolaborasi yang dikembangkan bukan sekadar pemberian bantuan jangka pendek.
Kelurahan memastikan bahwa intervensi kesehatan berjalan sesuai kebutuhan balita, dengan pendampingan kader posyandu dan evaluasi grafik pertumbuhan secara rutin.
“Pendampingan gizi ini tidak bisa dilakukan sekali atau hanya dalam bentuk paket bantuan. Harus ada pemantauan dan komunikasi antara keluarga, kader, dan tenaga kesehatan,” terangnya dihadapan IKNBISNIS.COM.
Rencana perluasan pada tahun 2026 mencakup beberapa aspek, antara lain peningkatan jumlah perusahaan mitra, terutama yang memiliki kedekatan lokasi dengan wilayah padat penduduk.
Dilanjutkan dengan perluasan sasaran program, yang tidak hanya fokus pada balita melainkan juga ibu hamil dan keluarga dengan kondisi rentan gizi.
Kemudian, integrasi program kesehatan dengan pemberdayaan ekonomi, untuk memperkuat perubahan perilaku konsumsi gizi melalui peningkatan daya beli keluarga.
Selain itu, kelurahan juga merencanakan peningkatan kapasitas kader posyandu, agar pendampingan dan edukasi yang diberikan kepada warga lebih terstruktur dan berkelanjutan.
Disamping itu, Puskesmas akan tetap menjadi pusat rujukan data dan penilaian medis dalam pelaksanaan program.
Singgih menilai bahwa keberhasilan program berbasis komunitas sangat bergantung pada kesinambungan dan kedekatan interaksi. Oleh sebabnya, keberadaan perusahaan tidak hanya diposisikan sebagai sponsor, namun juga mitra yang terlibat dalam proses pemberdayaan.
“Kami ingin pola ini tetap berjalan dalam jangka panjang. Karena masalah gizi tidak dapat selesai dalam satu tahun. Dibutuhkan konsistensi, kolaborasi, dan pemantauan yang terus menerus,” pungkas Singgih.
Lewat dukungan lintas sektor dan penguatan peran kader, Kelurahan Kariangau berharap program kesehatan masyarakat dapat menjangkau lebih banyak keluarga dan memberikan dampak yang lebih luas bagi kualitas hidup warga. (*)