IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Setelah merampungkan pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah) di tujuh sekolah dasar dan tiga sekolah menengah pertama, Puskesmas Baru Tengah mulai melihat pola penting mengenai kondisi kesehatan anak di wilayah kerjanya.

Hasil pemeriksaan terhadap 2.955 siswa menunjukkan kecenderungan masalah kesehatan yang serupa dengan temuan nasional yaitu karies gigi di tingkat SD masih mendominasi, anemia terdeteksi pada sejumlah remaja putri, sementara gangguan penglihatan lebih banyak ditemukan pada siswa SMP.

Kepala Puskesmas Baru Tengah, Rulida Osma Marisya, menyebut bahwa tingginya angka karies gigi merupakan temuan yang paling konsisten pada setiap kunjungan ke sekolah dasar. Banyak siswa ditemukan memiliki gigi berlubang atau kebersihan mulut yang kurang optimal.

“Karies ini bukan hanya soal gigi rusak, tetapi juga memengaruhi kenyamanan belajar, kemampuan makan, dan kadang menurunkan kepercayaan diri anak,” ujar Rulida, Rabu (19/11/2025).

Selain karies, masalah gizi juga menjadi perhatian. Tim menemukan beberapa siswa dengan gizi kurang, namun ada pula yang kelebihan berat badan.

Perbedaan tersebut, menurutnya, berkaitan dengan kebiasaan makan, akses makanan, serta pengawasan orang tua. Sementara, temuan anemia terutama pada remaja putri SMP cukup menonjol.

Kondisi itu sering tidak terlihat secara kasat mata, namun berdampak besar pada konsentrasi belajar dan stamina. Kemudian, untuk gangguan penglihatan, puskesmas menemukan kecenderungan bahwa siswa SMP lebih banyak mengalami keluhan seperti pandangan kabur dan sulit melihat tulisan di papan.

“Sebagian siswa baru mengetahui mereka memiliki gangguan penglihatan setelah dilakukan skrining. Ini penting agar mereka bisa segera dirujuk dan tidak terus mengalami hambatan belajar,” ungkap Rulida.

Saat ditanya mengenai faktor penyebab temuan tersebut, Rulida menyampaikan bahwa ada sejumlah kondisi yang saling berkaitan. Yang mana, pola konsumsi makanan dan minuman manis menjadi penyebab utama karies di tingkat SD.

Kebiasaan menggosok gigi yang belum terbentuk dengan baik turut memperburuk kondisi tersebut. Pada masalah gizi dan anemia, pola makan sehari-hari serta tingkat kecukupan protein menjadi faktor dominan. Sedangkan gangguan penglihatan lebih banyak dipengaruhi faktor keturunan serta kebiasaan belajar yang kurang tepat.

“Status sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh. Tidak semua orang tua punya waktu memadai untuk memantau kebiasaan makan anak, dan sebagian tidak rutin membawa anak ke layanan kesehatan,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, edukasi di sekolah menjadi sangat penting untuk menyeimbangkan faktor lingkungan di rumah. Analisis pola temuan itu pun digunakan Puskesmas Baru Tengah untuk menyusun rencana intervensi lanjutan per sekolah.

Setiap jenis masalah akan ditangani melalui pendekatan berbeda, mulai dari edukasi, pemberian tablet tambah darah, hingga rujukan pemeriksaan mata.

“Pola-pola seperti ini membantu kami merancang penguatan kesehatan sekolah berikutnya,” pungkasnya.

Puskesmas Baru Tengah menegaskan, pemahaman mendalam atas pola masalah kesehatan merupakan langkah awal membangun layanan promotif dan preventif yang lebih efektif bagi seluruh siswa di wilayah kerjanya. (*)

Penulis: Yandri Rinaldi