IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Kelurahan Kariangau mengembangkan pola kolaborasi dengan pihak swasta dalam upaya penanganan stunting di wilayahnya.

Lewat skema Orang Tua Asuh, sejumlah perusahaan yang beroperasi di kawasan industri Kariangau dilibatkan untuk mendampingi dan membantu pemenuhan kebutuhan gizi balita yang teridentifikasi berisiko stunting maupun yang sudah masuk dalam kategori stunted.

Lurah Kariangau, Singgih Aji Wibowo, mengatakan bahwa keterlibatan sektor swasta memiliki kontribusi penting dalam mempercepat penanganan kasus.

Disebutkannya, perusahaan berperan memberikan dukungan paket gizi, pendampingan, serta pemantauan bersama kader kesehatan dan puskesmas.

Baginya, dukungan tersebut dilaksanakan dalam bentuk komitmen jangka menengah, sehingga hasil pendampingan dapat dilihat secara bertahap.

“Peran swasta sangat besar. Kami menunjuk perusahaan untuk menjadi orang tua asuh bagi balita yang teridentifikasi berisiko stunting. Mereka ikut mendampingi sampai kondisi gizi dan pertumbuhannya membaik,” ucap Singgih sapaan akrabnya, Selasa (11/11/2025).

Beberapa perusahaan yang terlibat dalam program ini antara lain Pertamina, PLN, Petrosea PT Apical, Interport, dan Bayan Group.

Ia menyampaikan, kolaborasi itu dilakukan dengan mempertimbangkan kedekatan wilayah operasional perusahaan terhadap lokasi permukiman warga.

Pendampingan yang diberikan tidak bersifat seremonial. Perusahaan terlebih dahulu menerima data balita yang telah diverifikasi oleh Puskesmas, mulai dari riwayat berat badan, tinggi badan, frekuensi kunjungan posyandu, hingga catatan asupan gizi.

Dari data tersebut, sebut Singgih, perusahaan bersama kader dan tenaga gizi puskesmas menyusun pola pendampingan yang sesuai.

Ia pun menegaskan, keberhasilan program itu tidak diukur dari bantuan yang bersifat sesaat, melainkan dari peningkatan partisipasi keluarga dalam posyandu dan hasil grafik pertumbuhan anak dalam periode pendampingan.

“Targetnya adalah kenaikan status gizi berdasarkan pengukuran rutin. Jadi pendampingannya berkelanjutan, bukan hanya pemberian bantuan satu kali,” tekannya.

Di sisi lain, kelurahan terus memfasilitasi komunikasi antara perusahaan, RT, dan Puskesmas untuk memastikan program berjalan konsisten.

Ia menyakini, kehadiran RT sebagai pendamping wilayah membantu memantau kunjungan keluarga ke posyandu serta perubahan perilaku dalam pemberian makanan harian.

Lebih lanjut, program ini membantu penguatan edukasi terkait pola makan sehat, kebersihan rumah tangga, dan imunisasi dasar.

Dengan pendekatan yang menyentuh keluarga dan lingkungan secara langsung, ia berharap, risiko stunting dapat ditekan sejak masa balita.

Singgih menyampaikan bahwa kelurahan berencana memperluas kolaborasi dengan lebih banyak perusahaan di tahun mendatang.

“Kolaborasi ini bukan hanya membantu anak yang sedang dalam pendampingan, tetapi juga membangun kesadaran bersama bahwa penanganan stunting adalah tanggung jawab kolektif,” pungkasnya. (*)

Penulis: Yandri Rinaldi