IKNBISNIS.COM, BALIKPAPAN – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), H Hasanuddin Mas’ud, menyampaikan pesan inspiratif tentang pentingnya pendidikan sebagai kunci perubahan nasib masyarakat.

Ini disampaikan dalam acara Sosialisasi Penguatan Demokrasi Daerah yang digelar oleh DPRD Kaltim di gedung Badminton AJP Batu Arang, Balikpapan, Senin (6/10/2025).

Adapun, Sosialisasi ini bertujuan memperkuat pemahaman tentang fungsi legislatif daerah serta prioritas pembangunan.

Dalam kegiatan tersebut, H Hasanuddin Mas’ud yang juga akrab disapa Hamas, mengawali sesi dengan menjelaskan tiga fungsi utama DPRD secara sederhana.

Pertama, fungsi legislasi, yaitu membuat peraturan daerah (Perda) bersama gubernur atau walikota untuk mengatur kehidupan masyarakat setempat.

Kedua, fungsi budgeting atau penyusunan anggaran, seperti menentukan alokasi dana untuk pembangunan, kesehatan, dan pendidikan. Dan yang ketiga, fungsi pengawasan atau monitoring, untuk memastikan anggaran yang disetujui benar-benar terealisasi dengan baik.

Hamas juga menyentuh aspek pembangunan yang menjadi fokus Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Menurutnya, ada tiga elemen kunci, yakni pendidikan yang merata, kesehatan masyarakat yang terjaga, serta infrastruktur yang memadai seperti sekolah dan rumah sakit yang layak.

“Ini yang jadi perhatian. Kalau ketiganya bagus, daerah kita dianggap maju,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hamas turut menyampaikan, bahwa peran orang tua, khususnya ibu-ibu, sangat penting dalam mendidik anak sejak dini.

Ia juga sedikit berbagi kisah pribadi, tentang masa kecilnya yang sederhana di daerah pinggiran, di mana ibunya selalu mengutamakan pendidikan.

Hamas menekankan bahwa pendidikan anak sejatinya dimulai dari rumah, terutama hingga usia 7 tahun.

“Ibu-ibulah guru pertama anak. Upayakan anak tamat minimal SMA, jangan sampai terjerumus narkoba atau pergaulan buruk. Kalau anak sekolah, itu investasi buat masa depan kita saat tua nanti,” pesannya.

Pada kesempatan itu, Hamas juga menyarankan agar orang tua menjaga pergaulan anak, bahkan jika perlu mengirim ke pesantren untuk lingkungan yang lebih baik. Ia menolak pola pikir anak bekerja dini demi uang cepat, karena menurutnya sekolah justru memutus rantai kemiskinan. (*)

Penulis: TJakra